BERI WAWASAN DAN EDUKASI, PEWARNA GELAR DISKUSI TENTANG PENGARUH ERA DIGITALISASI DALAM TATARAN MASYARAKAT

REPORTASEBEKASI.ID, JAKARTA – Pewarna (Perkumpulan Wartawan Nasrani Indonesia) menggelar diskusi di Media Center PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) pada Kamis (12/07/2024) dengan tema “Pengaruh Era Digitalisasi dalam Tataran Masyarakat”. Acara ini dihadiri oleh Ketua Umum Pewarna Indonesia, Yusuf Mujiono dan jajaran pengurus pusat. Hadir juga para jurnalis yang tertarik pada isu-isu seputar digitalisasi.

Diskusi ini menghadirkan pembicara Junico Bisuk Partahi Siahaan atau akrab dipanggil Nico Siahaan, seorang anggota DPR RI dari Komisi I Fraksi PDI Perjuangan dan Beny Lumy dari Komisi Integrasi Persekutuan Gereja-gereja Indonesia sebagai pembicara utama dalam diskusi yang dipandu oleh Grollus Daniel Sitanggang sebagai moderator.

Nico Siahaan mengawali diskusi dengan menyoroti pentingnya memperbaharui Undang-undang ITE dan UU Data Pribadi. Menurutnya, Indonesia masih tertinggal dalam hal regulasi digital dibandingkan negara-negara lain yang sudah memiliki undang-undang khusus mengenai digitalisasi, termasuk Artificial Intelligence (AI).

“Kita masih banyak mengandalkan KUHP untuk menangani pelanggaran terkait elektronik dan digitalisasi, karena UU ITE kita belum siap,” ujar Nico Siahaan. Ia juga mengkritisi pendekatan militeristik dalam pengelolaan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), yang menurutnya harus dipimpin oleh orang yang benar-benar memahami sistem siber.

Nico juga menekankan pentingnya pembentukan Badan Perlindungan Data Pribadi yang independen, mirip dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

“Presiden Joko Widodo menginginkan badan ini dibentuk oleh Presiden, namun kami dari legislatif menginginkan adanya badan yang independen,” tegasnya.

Sementara itu, Beny Lumy menjelaskan perbedaan antara era digital 3.0 dan era digital 4.0. “Di era digital 3.0, dunia nyata dan maya berjalan paralel, namun di era digital 4.0, keduanya sudah menyatu dan tercampur. Misalnya, sekarang ada pelecehan seksual yang bisa dituntut tanpa ada sentuhan fisik,” paparnya.

Bagaimana era digitalisasi telah mengubah pola hidup kita secara drastis, dengan pengawasan yang tidak mengenal waktu dan batasan tak luput dari sorotan Beny Lumi. Menurutnya, dunia digital tidak mengenal usia dan batasan apapun.

“Jika kita mengabaikan pertumbuhan dan berinovasi serta mengikuti perkembangan teknologi, kita akan terlempar dari peradaban,” katanya.

Mental pejabat yang masih seperti pedagang, yang tidak menunjukkan kemandirian dengan inovasi dan kemandirian di bidang teknologi ikut dikritik Beny Lumi.

Peserta diskusi aktif berpartisipasi dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan pendapat mereka. Acara ini berlangsung dengan penuh antusiasme dan diakhiri dengan sesi foto bersama. Pewarna berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan untuk memberikan wawasan dan edukasi kepada masyarakat mengenai perkembangan teknologi dan dampaknya.

Dengan adanya diskusi ini, diharapkan masyarakat dapat lebih bijak dalam menggunakan teknologi digital dan memahami pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari. (RSO)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *