– RONALD STEVLY ONIBALA –
Rohaniawan/Akademisi/Jurnalis/Alumni TOT Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Lemhannas RI Angkatan III Tahun 2022
REPORTASEBEKASI.ID – Sebagai pemimpin rohani, seorang pendeta memiliki peran penting tidak hanya dalam membimbing jemaat secara spiritual, tetapi juga dalam memberikan arahan dalam kehidupan sosial, politik, dan kebangsaan. Ketika masa pemilihan tiba, suara pendeta dan jemaat kerap menjadi faktor penentu dalam menentukan siapa pemimpin yang akan membawa bangsa ini menuju kesejahteraan bersama. Di tengah derasnya arus politik dengan berbagai ideologi dan janji, satu hal yang harus menjadi perhatian utama: jangan salah pilih pemimpin.
Dalam konteks Indonesia yang majemuk, di mana beragam suku, agama, dan budaya hidup berdampingan, pemimpin yang berasal dari partai berideologi nasionalis harus menjadi pilihan utama. Kenapa demikian? Partai nasionalis memiliki landasan kuat untuk menjaga persatuan, menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, serta memelihara toleransi dan kesetaraan di tengah-tengah masyarakat yang plural.
Nasionalisme dan Toleransi: Kunci Hidup Berbangsa
Dalam sejarah bangsa Indonesia, partai-partai nasionalis selalu menempatkan kebinekaan sebagai aset yang harus dijaga. Mereka memahami bahwa Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak kelompok dengan keyakinan yang berbeda. Oleh karena itu, partai yang mengusung ideologi nasionalis umumnya menekankan pentingnya toleransi, di mana setiap orang, apapun latar belakangnya, memiliki hak yang sama untuk hidup, bekerja, dan beribadah tanpa ada tekanan atau diskriminasi.
Bagi jemaat Kristen, prinsip ini selaras dengan ajaran Yesus tentang cinta kasih dan penghormatan kepada sesama. Toleransi bukan hanya sekadar ‘hidup berdampingan’, melainkan juga memberi ruang bagi perbedaan dalam harmoni, tanpa paksaan untuk menyeragamkan. Pemimpin yang mengusung nilai-nilai ini mampu menciptakan suasana damai di tengah masyarakat, sekaligus memberi kepastian bahwa hak-hak setiap warga negara, termasuk hak beragama, dihormati dan dijaga.
Kesetaraan sebagai Prinsip Kepemimpinan
Dalam kacamata kepemimpinan yang nasionalis, kesetaraan adalah prinsip yang tidak bisa ditawar. Kesetaraan dalam hak dan kesempatan, baik bagi mayoritas maupun minoritas, menjadi landasan yang harus dijaga dalam setiap kebijakan dan program kerja pemimpin yang terpilih. Pendeta dan jemaat harus menyadari bahwa pemimpin yang hanya mementingkan satu golongan atau agama tertentu akan menciptakan kesenjangan sosial yang bisa berdampak pada ketidakstabilan di masa depan.
Seorang pemimpin nasionalis akan menempatkan kepentingan rakyat secara keseluruhan di atas kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan tertentu. Mereka akan menciptakan kebijakan yang inklusif, di mana setiap warga negara mendapatkan hak dan pelayanan yang setara, tanpa memandang latar belakang agama atau keyakinan. Bukankah ini yang kita semua harapkan?
Memilih dengan Bijak, Bukan Emosi
Sebagai pendeta, tugas kita bukanlah mengarahkan jemaat untuk memilih berdasarkan emosi atau popularitas sesaat, melainkan dengan kebijaksanaan yang berakar pada prinsip-prinsip yang sejalan dengan ajaran iman kita. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu merangkul semua elemen masyarakat, bukan hanya sebagian kecil. Pemimpin yang baik adalah mereka yang berkomitmen menjaga nilai-nilai kebangsaan dan kebhinekaan.
Mari kita ajak jemaat untuk memilih pemimpin yang berasal dari partai-partai nasionalis yang memiliki rekam jejak kuat dalam menjaga persatuan bangsa, yang tidak menggunakan isu agama sebagai alat politik untuk meraih suara, melainkan yang sungguh-sungguh bekerja untuk kepentingan seluruh rakyat. Pemimpin yang berlandaskan pada toleransi, kesetaraan, dan keadilan sosial.
Di tahun-tahun politik ini, kita tidak boleh lengah. Sebagai pendeta, kita harus tetap mengedepankan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam menentukan siapa yang layak memimpin bangsa ini. Tugas kita bukan hanya menjaga domba-domba Tuhan di gereja, tetapi juga memastikan bahwa mereka hidup dalam masyarakat yang adil dan toleran. Mari bersama-sama, kita memilih pemimpin yang mampu menjaga semangat kebangsaan dan Pancasila di atas segalanya.